BERUNTUNGLAH, sejak 2007 sudah dilakukan revisi atas terjemahan buku:
Soekarno, An Autobiography as told to Cindy Adams. Buku ini pernah
diterjemahkan oleh militer pada 1966, dengan kata pengantar oleh
Jenderal Soeharto, panglima Komando Penertiban dan Pemulihan Keamanan
(Pangkopkamtib), sebuah jabatan yang sangat berpengaruh saat itu. Tentu
mengherankan, kok betapa baiknya Orde Baru yang mau menerjemahkan buku
itu di saat semua ajaran dan apa saja yang berbau Soekarno disingkirkan.
Ternyata, ketika edisi revisi diterbitkan terbukti bahwa terjemahan
pertama buku itu merupakan bagian dari strategi penguatan kekuasaan Orde
Baru. Banyak sekali pelintiran dan pembelokan atas fakta Bung Karno
yang jelas dilakukan dengan sengaja. Misalnya saja, bagian yang
mengisahkan detik-detik Proklamasi. Ketika Bung Karno sedang menunggu
Bung Hatta, tertulis: aku sebenarnya tidak membutuhkan Hatta. Padahal,
dalam buku sejarah yang benar (sebelum dipelintir dan dibelokkan)
tertulis: aku menunggu Hatta, Indonesia membutuhkan Hatta. Karena itu,
kita dapat memahami jika pengikut Bung karno, apalagi kaum moralis dan
intelektual, menjadi benci pada Soekarno. Mereka beranggapan Soekarno
begitu angkuh. Seakan-akan menunjukkan dirinya sebagai pejuang tunggal
dalam peristiwa proklamasi.
Pelintiran itu juga mengakibatkan dua generasi bangsa ini salah dalam
mengenalikota kelahiran Bung Karno. Pada terjemahan versi militer
disebutkan Bung Karno lahir di Blitar, sedangkan pada edisi revisi yang
diterbitkan oleh penerbit Media Pressindo, 430 halaman, pada halaman 383
terdapat kutipan ucapan Bung Karno: Aku lahir di Surabaya. Bapak memang
selalu berpindah tugas, tetapi ketika pensiun memilih tingal di Blitar.
Kota kelahiran Bung Karno yang ditulis dalam pelintiran terjemahan
militer atas buku Cindy Adams itu kemudian menjadi rujukan pelajaran
sejarah untuk para pelajar. Masyarakat, terutama anak-anak sekolah,
tidak memiliki referensi karena ketika itu semua buku sejarah tidak
boleh dipakai, harus dimusnahkan.
Terutama setelah keluar TAP MPRS yang melarang ajaran-ajaran Bung
Karno (yang sampai sekarang belum dicabut). TAP MPRS itu sangat
menakutkan masyarakat. Banyak yang menusnahkan sendiri buku-buku mereka.
*** Sebagai ilustrasi, di Surabaya, pada 1972, seorang dosen dipecat
dari kampus karena didapati menggunakan buku sejarah lama sebelum
dipelintir untuk mengajar. Padahal, sang dosen berangapan, mahasiswa
adalah sosok intelektual yang kritis, yang mestinya bisa menerima
pelajaran sejarah dari semua versi sebagai bahan referensi. Nasib yang
sama juga pernah dialami oleh Arief Budiman, dosen Universitas Satya
Wacana Salatiga yang pernah mencoba mengajarkan Marxiologi.
Padahal, dia cuma tidak bisa menghindar dari bahasan politik
internasional yang harus mengetahui garis besar ajaran Marx. Ibarat
mengajarkan Tuhan, harus juga dijelaskan apa itu setan. Alangkah
menyedihkan kalau dunia luar, para sejarawan, dan penulis tetap
menuliskan Surabaya sebagai kota kelahiran Bung Karno, sementara kita
sendiri bingung dan ragu-ragu. Lihatlah buku terbaru biografi Soekarno
terbaru, Soekarno Politicheswkaya Biografiya (SOEKARNO, Biografi
Politik), Moskwa Mysl, 1980. Prof Kapitsa M.S. & Dr Maletin N.P.,
(1980), terjemahan dari bahasa Rusia oleh B. Soegiharto PhD, penerbit
Ultimus, 2009. Di halaman 9 jelas tertulis: Soekarno dilahirkan di Jawa,
Surabaya, pada 6 Juni 1901.
Penulis Belanda, Bob Hering (Soekarno, Mitos dan Realitas – 1986),
yang banyak mempelajari arsip-arsip lama Bung Karno di Leiden, Belanda,
dan Arsip Nasional di Jakarta dengan jelas menulis Soekarno lahir pada
Kamis Pon (Wuku Wayang), 6 Juni 1901 di Surabaya. Buku yang terlama
tentang biografi Bung Karno adalah yang ditulis oleh Im Yang Tjoe pada
tahun 1933. Buku yang berjudul asli Soekarno Sebagi Manoesia itu pada
halaman 21 tertulis: Marika hidoep dalem kaberoentoengan sahingga dapet
saorang anak prampoean jang oleh ajahnja dikasih nama Soekarmini. Dari
sitoe kamoedian marika pindah tinggal di Soerabaia, karena R. Soekemi
moesti lakoekan pekerdja’an di sana.
Soeami-istri sama saorang anak moesti hidoep di itoe kota besar
dengan gadjih tjoema f 27 50 saboelan, oh penghidoepan jang melarat, dan
ketambahan poela itoe istri jang masih moeda kombali sekarang sedeng
mengandoeng. Tapi siapa njana, dalem itoe hari-hari jang kakoerangan,
mendadak pada tanggal 6 Juni 1901 waktoe fadjar menjingsing, telah
terlahir saorang anak lelaki, jang tiada terdoega sama sekali kemoedian
bakal mendjadi Bapanja kaoem Marhaen di Indonesia.
Siapa ia? Boekan laen dari Koesno Sosro Soekarno…. Memang, dalam
semua penulisan biografi Soekarno sebelum terbitnya terjemahan militer
yang dipelintir itu (1966), semuanya menulis Soekarno lahir di
Surabaya. Selain buku Soekarno Sebagi Manoesia (Im Yang Tjoe, penerbit
Ravena, Solo, 1933), ada Kamus Politik (A.M. Adinda/Usman Burhan,
penerbit Ksatrya, Surabaya, 1950). Tiga terbitan ensiklopedi, yaitu
Ensiklopedia Indonesia 1955, NV penerbit W. Van Hoeve, Bandung. ‘S –
Gravenhage: (djilid III N-Z) halaman 1.265; Ensiklopedi Indonesia (edisi
khusus, jilid 6 SHI – VAJ) terbitan PT Ichtiar Baru, Van Hoeve, Jakarta
1986; dan Ensiklopedi Nasional Indonesia (jilid 15 SF-SY) penerbit
Delta Pamungkas, Jakarta, 1997, halaman 311, menulis Soekarno kelahiran
Surabaya, 1 Juni 1901. Buku-buku Soebagijo I.N. (Pengukir Jiwa
Soekarno), Solichin Salam (Bung Karno Putra sang Fajar), Nurinwa Ki S.
Hendrowinoto Dkk (Ayah Bunda Bung Karno, penerbit Republika 2002), dan
Nasution M.Y. (Riwayat Ringkas, Penghidupan dan Perjuangan Ir Soekarno)
bahkan mencantumkan alamat tempat Bung Karno dilahirkan, yaitu di
Kampung Pandean IV/40, Surabaya. Yang terjadi biarlah terjadi, yang lalu
biarlah berlalu.
Ketika Bung Karno meninggal pada 1970, pendiri republik itu
dimakamkan di Blitar. Kota kecil yang damai itu penuh oleh massa yang
ingin mengantar kepergian sang Proklamator. Jalanan penuh mobil dan
macet hingga 40 kilometer dari tempat pemakaman. Bayangkan seandainya
Soekarno dimakamkan di Surabaya. Bukankah 2000 tahun lalu revolusi di
Roma juga terjadi pada saat pemakaman Julius Caesar? Itulah kenapa Orde
Baru melakukan pelintiran dan peminggiran atas Soekarno.Indopos.co.id