Halaman


Rabu, 11 Januari 2012

Sebagian Alasan Mengapa Dokter di Negara Maju "PELIT" Memberi Obat Untuk Anak Yang Sedang Sakit


Sharing, semoga berguna buat yang membaca...

** Dimana Salahnya?**

Malik tergolek lemas. Matanya sayu. Bibirnya pecah-pecah. Wajahnya kian tirus. Di mataku ia berubah seperti anak dua tahun kurang gizi. Biasanya aku selalu mendengar celoteh dan tawanya di pagi hari. Kini tersenyum pun ia tak mau. Sesekali ia muntah. Dan setiap melihatnya muntah, hatiku tergores-gores rasanya. Lambungnya diperas habis-habisan seumpama ampas kelapa yang tak lagi bisa mengeluarkan santan. Pedih sekali melihatnya merintih-rintih seperti itu.

Waktu itu, belum sebulan aku tinggal di Belanda, dan putraku Malik terkena demam tinggi. Setelah tiga hari tak juga ada perbaikan aku membawanya ke huisart (dokter keluarga) kami, dokter Knol namanya.

"Just wait and see. Don’t forget to drink a lot. Mostly this is a viral infection." kata dokter tua itu.

"Ha? Just wait and see? Apa dia nggak liat anakku dying begitu?" batinku meradang. Ya…ya…aku tahu sih masih sulit untuk menentukan diagnosa pada kasus demam tiga hari tanpa ada gejala lain. Tapi masak sih nggak diapa-apain. Dikasih obat juga enggak! Huh! Dokter Belanda memang keterlaluan! Aku betul-betul menahan kesal.

"Obat penurun panas Dok?" tanyaku lagi.

"Actually that is not necessary if the fever below 40 C."

Waks! Nggak perlu dikasih obat panas? Kalau anakku kenapa-kenapa memangnya dia mau nanggung? Kesalku kian membuncah.

Tapi aku tak ingin ngeyel soal obat penurun panas. Sebetulnya di rumah aku sudah memberi Malik obat penurun panas, tapi aku ingin dokter itu memberi obat jenis lain. Sudah lama kudengar bahwa dokter disini pelit obat. Karena itu aku membawa setumpuk obat-obatan dari Indonesia, termasuk obat penurun panas.

Dua hari kemudian, demam Malik tak kunjung turun dan frekuensi muntahnya juga bertambah. Aku segera kembali ke dokter. Tapi si dokter tetap menyuruhku wait and see. Pemeriksaan laboratorium baru akan dilakukan bila panas anakku menetap hingga hari ke tujuh.

"Anakku ini suka muntah-muntah juga Dok," kataku.

Lalu si dokter menekan-nekan perut anakku. "Apakah dia sudah minum suatu obat?"

Aku mengangguk. "Ibuprofen syrup Dok," jawabku.

Eh tak tahunya mendengar jawabanku, si dokter malah ngomel-ngomel,"Kenapa kamu kasih syrup Ibuprofen? Pantas saja dia muntah-muntah. Ibuprofen itu sebaiknya tidak diberikan untuk anak-anak, karena efeknya bisa mengiritasi lambung. Untuk anak-anak lebih baik beri paracetamol saja."

Huuh! Walaupun dokter itu mengomel sambil tersenyum ramah, tapi aku betul-betul jengkel dibuatnya. Jelek-jelek begini gue lulusan fakultas kedokteran tau! Nah kalau buat anak nggak baik kenapa di Indonesia obat itu bertebaran! Batinku meradang.

Untungnya aku masih bisa menahan diri. Tapi setibanya dirumah, suamiku langsung menjadi korban kekesalanku."Lha wong di Indonesia, dosenku aja ngasih obat penurun panas nggak pake diukur suhunya je. Mau 37 keq, 38 apa 39 derajat keq, tiap ke dokter dan bilang anakku sakit panas, penurun panas ya pasti dikasih. Sirup ibuprofen juga dikasih koq ke anak yang panas, bukan cuma parasetamol. Masa dia bilang ibuprofen nggak baik buat anak!" Seperti rentetan peluru, kicauanku bertubi-tubi keluar dari mulutku.

"Mana Malik nggak dikasih apa-apa pulak, cuma suruh minum parasetamol doang, itu pun kalau suhunya diatas 40 derajat C! Duuh memang keterlaluan Yah dokter Belanda itu!"

Suamiku menimpali, "Lho, kalau Mama punya alasan, kenapa tadi nggak bilang ke dokternya?"

Aku menarik napas panjang. "Hmm…tadi aku sudah kadung bete sama si dokter, rasanya ingin buru-buru pulang saja. Tapi…alasannya apa ya?"

Mendadak aku kebingungan. Aku akui, sewaktu praktek menjadi dokter dulu, aku lebih banyak mencontek apa yang dilakukan senior. Tiga bulan menjadi co-asisten di bagian anak memang membuatku kelimpungan dan belajar banyak hal, tapi hanya secuil-secuil ilmu yang kudapat. Persis seperti orang yang katanya travelling keliling Eropa dalam dua minggu. Menclok sebentar di Paris, lalu dua hari pergi ke Roma. Dua hari di Amsterdam, kemudian tiga hari mengunjungi Vienna. Puas beberapa hari berdiam di Berlin dan Swiss, kemudian waktu habis. Tibalah saatnya pulang lagi ke Indonesia. Tampaknya orang itu sudah keliling Eropa, padahal ia hanya mengunjungi ibukota utama saja. Masih banyak sekali negara dan kota-kota di Eropa yang belum disambanginya. Dan itu lah yang terjadi pada kami, pemuda-pemudi fresh graduate from the oven Fakultas Kedokteran. Malah kadang-kadang apa yang sudah kami pelajari dulu, kasusnya tak pernah kami jumpai dalam praktek sehari-hari. Berharap bisa memberikan resep cespleng seperti dokter-dokter senior, akhirnya kami pun sering mengintip resep ajian senior!

Setelah Malik sembuh, beberapa minggu kemudian, Lala, putri pertamaku ikut-ikutan sakit. Suara Srat..srut..srat srut dari hidungnya bersahut-sahutan. Sesekali wajahnya memerah gelap dan bola matanya seperti mau copot saat batuknya menggila. Kadang hingga bermenit-menit batuknya tak berhenti. Sesak rasanya dadaku setiap kali mendengarnya batuk. Suara uhuk-uhuk itu baru reda jika ia memuntahkan semua isi perut dan kerongkongannya. Duuh Gustiiii…kenapa tidak Kau pindahkan saja rasa sakitnya padaku Nyerii rasanya hatiku melihat rautnya yang seperti itu. Kuberikan obat batuk yang kubawa dari Indonesia pada putriku. Tapi batuknya tak kunjung hilang dan ingusnya masih meler saja. Lima hari kemudian, Lala pun segera kubawa ke huisart. Dan lagi-lagi dokter itu mengecewakan aku.

"Just drink a lot," katanya ringan.

Aduuuh Dook! Tapi anakku tuh matanya sampai kayak mata sapi melotot kalau batuk, batinku kesal.

"Apa nggak perlu dikasih antibiotik Dok?" tanyaku tak puas.

"This is mostly a viral infection, no need for an antibiotik," jawabnya lagi.

Ggrh…gregetan deh rasanya. Lalu ngapain dong aku ke dokter, kalo tiap ke dokter pulang nggak pernah dikasih obat. Paling enggak kasih vitamin keq! omelku dalam hati.
"Lalu Dok, buat batuknya gimana Dok? Batuknya tuh betul-betul terus-terusan," kataku ngeyel.
 Dengan santai si dokter pun menjawab,"Ya udah beli aja obat batuk Thyme syrop. Di toko obat juga banyak koq."

Hmm…lumayan lah… kali ini aku pulang dari dokter bisa membawa obat, walau itu pun harus dengan perjuangan ngeyel setengah mati dan walau ternyata isi obat Thyme itu hanya berisi ekstrak daun thyme dan madu.

"Kenapa sih negara ini, katanya negara maju, tapi koq dokternya kayak begini." Aku masih saja sering mengomel soal huisart kami kepada suamiku. Saat itu aku memang belum memiliki waktu untuk berintim-intim dengan internet. Jadi yang ada di kepalaku, cara berobat yang betul adalah seperti di Indonesia. Di Indonesia, anak-anakku punya langganan beberapa dokter spesialis anak. Dokter-dokter ini pernah menjadi dosenku ketika aku kuliah. Maklum, walaupun aku lulusan fakultas kedokteran, tapi aku malah tidak pede mengobati anakanakku sendiri. Dan walaupun anak-anakku hanya menderita penyakit sehari-hari yang umum terjadi pada anak seperti demam, batuk pilek, mencret, aku tetap membawa mereka ke dokter anak. Meski baru sehari, dua atau tiga hari mereka sakit, buru-buru mereka kubawa ke dokter. Tak pernah aku pulang tanpa obat. Dan tentu saja obat dewa itu, sang antibiotik, selalu ada dalam kantong plastik obatku.

Tak lama berselang putriku memang sembuh. Tapi sebulan kemudian ia sakit lagi. Batuk pilek putriku kali ini termasuk ringan, tapi hampir dua bulan sekali ia sakit. Dua bulan sekali memang lebih mendingan karena di Indonesia dulu, hampir tiap dua minggu ia sakit. Karena khawatir ada yang tak beres, lagi-lagi aku membawanya ke huisart.

"Dok anak ini koq sakit batuk pilek melulu ya, kenapa ya Dok."

Setelah mendengarkan dada putriku dengan stetoskop, melihat tonsilnya, dan lubang hidungnya,huisart-ku menjawab,"Nothing to worry. Just a viral infection."

Aduuuh Doook… apa nggak ada kata-kata lain selain viral infection seh! Lagilagi aku sebal.

"Tapi Dok, dia sering banget sakit, hampir tiap sebulan atau dua bulan Dok," aku ngeyel seperti biasa.

Dokter tua yang sebetulnya baik dan ramah itu tersenyum. "Do you know how many times normally children get sick every year?"

Aku terdiam. Tak tahu harus menjawab apa. "enam kali," jawabku asal.

"Twelve time in a year, researcher said," katanya sambil tersenyum lebar. "Sebetulnya kamu tak perlu ke dokter kalau penyakit anakmu tak terlalu berat," sambungnya.

Glek! Aku cuma bisa menelan ludah. Dijawab dengan data-data ilmiah seperti itu, kali ini aku pulang ke rumah dengan perasaan malu. Hmm…apa aku yang salah? Dimana salahnya? Ah sudahlah…barangkali si dokter benar, barangkali memang aku yang selama ini kurang belajar.

Setelah aku bisa beradaptasi dengan kehidupan di negara Belanda, aku mulai berinteraksi dengan internet. Suatu saat aku menemukan artikel milik Prof. Iwan Darmansjah, seorang ahli obat-obatan dari Fakultas Kedokteran UI. Bunyinya begini: "Batuk - pilek beserta demam yang terjadi sekali-kali dalam 6 - 12 bulan sebenarnya masih dinilai wajar. Tetapi observasi menunjukkan bahwa kunjungan ke dokter bisa terjadi setiap 2 - 3 minggu selama bertahun-tahun." Wah persis seperti yang dikatakan huisartku, batinku. Dan betul anak-anakku memang sering sekali sakit sewaktu di Indonesia dulu.

"Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan dalam penanganannya," Lanjut artikel itu. "Pertama, pengobatan yang diberikan selalu mengandung antibiotik. Padahal 95% serangan batuk pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya tahannya menurun. Akibatnya anak jatuh sakit setiap 2 - 3 minggu dan perlu berobat lagi.

Lingkaran setan ini: sakit –> antibiotik-> imunitas menurun -> sakit lagi, akan membuat si anak diganggu panas-batuk-pilek sepanjang tahun, selama bertahun-tahun."

Hwaaaa! Rupanya ini lah yang selama ini terjadi pada anakku. Duuh…duuh..kemana saja aku selama ini sehingga tak menyadari kesalahan yang kubuat sendiri pada anak-anakku. Eh..sebetulnya..bukan salahku dong. Aku kan sudah membawa mereka ke dokter
spesialis anak. Sekali lagi, mereka itu dosenku lho! Masa sih aku tak percaya kepada mereka. Dan rupanya, setelah di Belanda 'dipaksa' tak lagi pernah mendapat antibiotik untuk penyakit khas anak-anak sehari-hari, sekarang kondisi anak-anakku jauh lebih baik. Disini, mereka jadi jarang sakit, hanya diawal-awal kedatangan saja mereka sakit.

Kemudian, aku membaca lagi artikel-artikel lain milik prof Iwan Darmansjah. Dan di suatu titik, aku tercenung mengingat kata-kata 'pengobatan rasional'. Lho…bukankah dulu aku juga pernah mendapatkan kuliah tentang apa itu pengobatan rasional. Hey! Lalu kemana perginya ingatan itu? Jadi, apa yang selama ini kulakukan, tidak meneliti baik-baik obat yang kuberikan pada anak-anakku, sedikit-sedikit memberi obat penurun panas, sedikit-sedikit memberi antibiotik, baru sehari atau dua hari anak mengalami sakit ringan seperti, batuk, pilek, demam, mencret, aku sudah panik dan segera membawa anak ke dokter, serta sedikit-sedikit memberi vitamin. Rupanya adalah tindakan yang sama sekali tidak rasional! Hmm... kalau begitu, sistem kesehatan di Belanda adalah sebuah contoh sistem yang menerapkan betul apa itu pengobatan rasional.

Belakangan aku pun baru mengetahui bahwa ibuprofen memang lebih efektif menurunkan demam pada anak, sehingga di banyak negara termasuk Amerika Serikat, ibuprofen dipakai secara luas untuk anakanak. Tetapi karena resiko efek sampingnya lebih besar, Belgia dan Belanda menetapkan kebijakan lain. Walaupun obat ibuprofen juga tersedia di apotek dan boleh digunakan untuk usia anak diatas 6 bulan, namun di kedua negara ini, parasetamol tetap dinyatakan sebagai obat pilihan pertama pada anak yang mengalami demam. "Duh, untung ya Yah aku nggak bilang ke huisart kita kalo aku ini di Indonesia adalah seorang dokter. Kalo iya malu-maluin banget nggak sih, ketauan begonya hehe," kataku pada suamiku.

Jadi, bagaimana dengan para orangtua di Indonesia? Aku tak ingin berbicara terlalu jauh soal mereka-mereka yang tinggal di desa atau orang-orang yang terpinggirkan, ceritanya bisa lain. Karena kekurangan dan ketidakmampuan, untuk kasus penyakit anak sehari-hari, orang-orang desa itu malah relatif 'terlindungi' dari paparan obat-obatan yang tak perlu. Sementara kita yang tinggal di kota besar, yang cukup berduit, sudah melek sekolah, internet dan pengetahuan, malah kebanyakan selalu dokter-minded dan gampang dijadikan sasaran oleh perusahaan obat dan media. Batuk pilek sedikit ke dokter, demam sedikit ke dokter, mencret sedikit ke dokter. Kalau pergi ke dokter lalu tak diberi obat, biasanya kita malah ngomel-ngomel, 'memaksa' agar si dokter memberikan obat. Iklan-iklan obat pun bertebaran di media, bahkan tak jarang dokter-dokter 'menjual' obat tertentu melalui media. Padahal mestinya dokter dilarang mengiklankan suatu produk obat.

Dan bagaimana pula dengan teman-teman sejawatku dan dosen-dosenku yang kerap memberikan antibiotik dan obat-obatan yang tidak perlu pada pasien batuk, pilek, demam, mencret? Malah aku sendiri dulu pun melakukannya karena nyontek senior. Apakah manfaatnya lebih besar dibandingkan resikonya? Tentu saja tidak. Biaya pengobatan membengkak, anak malah gampang sakit dan terpapar obat yang tak perlu. Belum lagi bahaya besar jelas mengancam seluruh umat manusia: superbug, resitensi antibiotik! Tapi mengapa semua itu terjadi?

Duuh Tuhan, aku tahu sesungguhnya Engkau tak menyukai sesuatu yang sia-sia dan tak ada manfaatnya. Namun selama ini aku telah alpa. Sebagai orangtua, bahkan aku sendiri yang mengaku lulusan fakultas kedokteran ini, telah terlena dan tak menyadari semuanya. Aku tak akan eling kalau aku tidak menyaksikan sendiri dan tidak tinggal di negeri kompeni ini. Apalagi dengan masyarakat awam, para orangtua baru yang memiliki anak-anak kecil itu. Jadi bagaimana mengurai keruwetan ini seharusnya? Uh! Memikirkannya aku seperti terperosok ke lubang raksasa hitam. Aku tak tahu, sungguh!

Tapi yang pasti kini aku sadar…telah terjadi kesalahan paradigma pada kebanyakan kita di Indonesia dalam menghadapi anak sakit. Disini aku sering pulang dari dokter tanpa membawa obat. Aku ke dokter biasanya 'hanya' untuk konsultasi, memastikan diagnosa penyakit anakku dan penanganan terbaiknya, serta meyakinkan diriku bahwa anakku baik-baik saja. Tapi di Indonesia, bukankah paradigma yang masih kerap dipegang adalah ke dokter = dapat obat? Sehingga tak jarang dokter malah tidak bisa bertindak rasional karena tuntutan pasien. Aku juga sadar sistem kesehatan di Indonesia memang masih ruwet. Kebijakan obat nasional belum berpihak pada rakyat. Perusahaan obat bebas beraksi‘ tanpa ada peraturan dan hukum yang tegas dari pemerintah. Dokter pun bebas meresepkan obat apa saja tanpa ngeri mendapat sangsi. Intinya, sistem kesehatan yang ada di Indonesia saat ini membuat dokter menjadi sulit untuk bersikap rasional.

Lalu dimana ujung pangkal salahnya? Ah rasanya percuma mencari-cari ujung pangkal salahnya. Menunjuk siapa yang salah pun tak ada gunanya. Tapi kondisi tersebut jelas tak bisa dibiarkan. Siapa yang harus memulai perubahan? Pemerintah, dokter, petugas kesehatan, perusahaan obat, tentu semua harus berubah. Namun, dalam kondisi seperti ini, mengharapkan perubahan kebijakan pemerintah dalam waktu dekat sungguh seperti pungguk merindukan bulan. Yang pasti, sebagai pasien kita pun tak bisa tinggal diam. Siapa bilang pasien tak punya kekuatan untuk merubah sistem kesehatan? Setidaknya, bila pasien 'bergerak', masalah kesehatan di Indonesia, utamanya kejadian pemakaian obat yang tidak rasional dan kesalahan medis tentu bisa diturunkan.
(dikutip dari buku "Smart Patient" karya dr. Agnes Tri Harjaningrum)
»»  Baca Selengkapnya...

Sabtu, 07 Januari 2012

Syekh Siti Jenar


Syekh Siti Jenar (juga dikenal dalam banyak nama lain, antara lain Sitibrit, Lemahbang, dan Lemah Abang) adalah seorang tokoh yang dianggap Sufi dan juga salah satu penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Tidak ada yang mengetahui secara pasti asal-usulnya. Di masyarakat terdapat banyak varian cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar.

Sebagian umat Islam menganggapnya sesat karena ajarannya yang terkenal, yaitu Manunggaling Kawula Gusti. Akan tetapi sebagian yang lain menganggap bahwa Syekh Siti Jenar adalah intelektual yang sudah mendapatkan esensi Islam itu sendiri. Ajaran – ajarannya tertuang dalam pupuh, yaitu karya sastra yang dibuatnya. Meskipun demikian, ajaran yang sangat mulia dari Syekh Siti Jenar adalah budi pekerti.

Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara hidup sufi yang dinilai bertentangan dengan ajaran Walisongo. Pertentangan praktek sufi Syekh Siti Jenar dengan Walisongo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang dilakukan oleh Walisongo .

Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang hidup dan mati, Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut. Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi.

Konsekuensinya, ia tidak dapat dikenai hukum yang bersifat keduniawian (hukum negara dan lainnnya), tidak termasuk didalamnya hukum syariat peribadatan sebagaimana ketentuan syariah. Dan menurut ulama pada masa itu yang memahami inti ajaran Siti Jenar bahwa manusia di dunia ini tidak harus memenuhi rukun Islam yang lima, yaitu: syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Baginya, syariah itu baru berlaku sesudah manusia menjalani kehidupan paska kematian. Syekh Siti Jenar juga berpendapat bahwa Allah itu ada dalam dirinya, yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh para ulama pada masa itu. Mirip dengan konsep Al-Hallaj (tokoh sufi Islam yang dihukum mati pada awal sejarah perkembangan Islam sekitar abad ke-9 Masehi) tentang Hulul yang berkaitan dengan kesamaan sifat manusia dan Tuhan. Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ;
  1. Syariat (dengan menjalankan hukum-hukum agama spt sholat, puasa, zakat, dll);
  2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu;
  3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan
  4. Ma’rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapan tersebut maka tahapan dibawahnya ditiadakan. 

Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu tasawuf yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar. Ilmu yang baru bisa dipahami setelah melewati ratusan tahun pasca wafatnya sang Syekh. Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar kepada masyarakat awam dimana pada masa itu ajaran Islam yang harus disampaikan adalah pada tingkatan ‘syariat’. Sedangkan ajaran Siti Jenar sudah memasuki tahap ‘hakekat’ dan bahkan ‘ma’rifat’kepada Allah (kecintaan dan pengetahuan yang mendalam kepada ALLAH). Oleh karenanya, ajaran yang disampaikan oleh Siti Jenar hanya dapat dibendung dengan kata ‘SESAT’.

Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus berdebat masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya saja masing – masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda – beda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing – masing pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agamanya yang paling benar.

Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas.

Manunggaling Kawula Gusti
Dalam ajarannya ini, pendukungnya berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan. Manunggaling Kawula Gusti dianggap bukan berarti bercampurnya Tuhan dengan Makhluknya, melainkan bahwa Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk. Dan dengan kembali kepada Tuhannya, manusia telah menjadi bersatu dengan Tuhannya.

Dan dalam ajarannya, ‘Manunggaling Kawula Gusti’ adalah bahwa di dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai dengan ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang penciptaan manusia (“Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (Shaad; 71-72)”)>. Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi.

Perbedaan penafsiran ayat Al Qur’an dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham ‘Manunggaling Kawula Gusti’.

Pengertian Zadhab
Dalam kondisi manusia modern seperti saat ini sering temui manusia yang mengalami hal ini terutama dalam agama Islam yang sering disebut zadhab atau kegilaan berlebihan terhadap Illa yang maha Agung atau Allah.
Mereka belajar tentang bagaimana Allah bekerja, sehingga ketika keinginannya sudah lebur terhadap kehendak Allah, maka yang ada dalam pikirannya hanya Allah, Allah, Allah dan Allah…. disekelilingnya tidak tampak manusia lain tapi hanya Allah yang berkehendak, Setiap Kejadian adalah maksud Allah terhadap Hamba ini…. dan inilah yang dibahayakan karena apabila tidak ada GURU yang Mursyid yang berpedoman pada AlQuran dan Hadits maka hamba ini akan keluar dari semua aturan yang telah ditetapkan Allah untuk manusia.Karena hamba ini akan gampang terpengaruh syaitan, semakin tinggi tingkat keimanannya maka semakin tinggi juga Syaitan menjerumuskannya. Seperti contohnya Lia Eden, dll. Mereka adalah hamba yang ingin dekat dengan Allah tanpa pembimbing yang telah melewati masa ini, karena apabila telah melewati masa ini maka hamba tersebut harus turun agar bisa mengajarkan yang HAK kepada manusia lain seperti juga Rasullah pun telah melewati masa ini dan apabila manusia tidak mau turun tingkatan maka hamba ini akan menjadi seperti nabi Isa AS. Maka Nabi ISA diangkat Allah beserta jasadnya. Seperti juga Syekh Siti Jenar yang kematiannya menjadi kontroversi. Dalam masyarakat jawa kematian ini disebut “MUKSO” ruh beserta jasadnya diangkat Allah.

Hamamayu Hayuning Bawana
Prinsip ini berarti memakmurkan bumi. Ini mirip dengan pesan utama Islam, yaitu rahmatan lil alamin. Seorang dianggap muslim, salah satunya apabila dia bisa memberikan manfaat bagi lingkungannya dan bukannya menciptakan kerusakan di bumi.

Kontroversi
Kontroversi yang lebih hebat terjadi di sekitar kematian Syekh Siti Jenar. Ajarannya yang amat kontroversial itu telah membuat gelisah para pejabat kerajaan Demak Bintoro. Di sisi kekuasaan, Kerajaan Demak khawatir ajaran ini akan berujung pada pemberontakan mengingat salah satu murid Syekh Siti Jenar, Ki Ageng Pengging atau Ki Kebokenanga adalah keturunan elite Majapahit (sama seperti Raden Patah) dan mengakibatkan konflik di antara keduanya.

Dari sisi agama Islam, Walisongo yang menopang kekuasaan Demak Bintoro, khawatir ajaran ini akan terus berkembang sehingga menyebarkan kesesatan di kalangan umat. Kegelisahan ini membuat mereka merencanakan satu tindakan bagi Syekh Siti Jenar yaitu harus segera menghadap Demak Bintoro. Pengiriman utusan Syekh Dumbo dan Pangeran Bayat ternyata tak cukup untuk dapat membuat Siti Jenar memenuhi panggilan Sri Narendra Raja Demak Bintoro untuk menghadap ke Kerajaan Demak. Hingga konon akhirnya para Walisongo sendiri yang akhirnya datang ke Desa Krendhasawa di mana perguruan Siti Jenar berada.

Para Wali dan pihak kerajaan sepakat untuk menjatuhkan hukuman mati bagi Syekh Siti Jenar dengan tuduhan telah membangkang kepada raja. Maka berangkatlah lima wali yang diusulkan oleh Syekh Maulana Maghribi ke Desa Krendhasawa. Kelima wali itu adalah Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Pangeran Modang, Sunan Kudus, dan Sunan Geseng.

Sesampainya di sana, terjadi perdebatan dan adu ilmu antara kelima wali tersebut dengan Siti Jenar. Menurut Siti Jenar, kelima wali tersebut tidak usah repot-repot ingin membunuh Siti Jenar. Karena beliau dapat meminum tirtamarta (air kehidupan) sendiri. Ia dapat menjelang kehidupan yang hakiki jika memang ia dan budinya menghendaki.

Tak lama, terbujurlah jenazah Siti Jenar di hadapan kelima wali. Ketika hal ini diketahui oleh murid-muridnya, serentak keempat muridnya yang benar-benar pandai yaitu Ki Bisono, Ki Donoboyo, Ki Chantulo dan Ki Pringgoboyo pun mengakhiri “kematian”-nya dengan cara yang misterius seperti yang dilakukan oleh gurunya di hadapan para wali.

Kisah pada saat pasca kematian
Terdapat kisah yang menyebutkan bahwa ketika jenazah Siti Jenar disemayamkan di Masjid Demak, menjelang salat Isya, semerbak beribu bunga dan cahaya kilau kemilau memancar dari jenazah Siti Jenar.
Jenazah Siti Jenar sendiri dikuburkan di bawah Masjid Demak oleh para wali. Pendapat lain mengatakan, ia dimakamkan di Masjid Mantingan, Jepara, dengan nama lain.

Sumber: Wikipedia. 


Komaruddin Hidayat,
Dosen IAIN Syarif Hidayatullah dan Fakultas Sastra UI
Sementara itu, sebagai fenomena, Siti Jenar bisa dikatakan sebagai sosok yang mengancam kekuasaan para wali saat itu. Sebab, sebagai pemimpin, para wali itu harus memiliki kelebihan. Nah, "kelebihan" yang dimiliki oleh Siti Jenar itu membuat para wali tersaingi kekuasaannya. Hal itu pada akhirnya berpengaruh pada umat pengikut para wali dan Siti Jenar.
Maka, para wali yang pada saat itu berkoalisi dengan penguasa juga berusaha untuk membangun mitos tentang kelebihan-kelebihan mereka. Itu sah-sah saja. Dalam konteks zaman dulu, seorang pemimpin memang harus memiliki kesaktian lebih dibandingkan dengan masyarakat. Fenomena seperti ini selalu ada pada setiap zaman, yaitu bahwa setiap pemimpin harus mempertahankan kewibawaan kepemimpinannya.
Selain itu, Siti Jenar bisa digolongkan sebagai orang yang sangat liberal. Sebab, sebagai orang yang belajar tasawuf, ia akan sulit untuk membahasakan ke orang lain, apalagi yang menyangkut pengalaman metafisik.

Nurcholish Madjid,
Rektor Universitas Paramadina Mulya
Apa yang telah dialami oleh Siti Jenar—dalam mencari Tuhan—sebenarnya juga bisa dialami oleh orang lain yang mendalami tasawuf. Sebab, ajaran seperti Siti Jenar itu memang termasuk salah satu ajaran tasawuf, sehingga kejadian seperti yang dialami Siti Jenar bisa menimpa orang lain juga.
 
Azyumardi Azra,
Rektor IAIN Syarih Hidayatullah
Secara umum, fenomena Siti Jenar menunjukkan pergumulan antara dua dimensi Islam. Dimensi pertama adalah "dimensi sufistik", yang diwakili oleh Siti Jenar, dan dimensi kedua adalah "dimensi syariat", yang diwakili oleh Wali Songo. Dan di Jawa, sosok Siti Jenar tidak sendiri. Ada Sunan Panggung pada masa Kerajaan Demak, Syekh Among Raga pada masa Mataram, dan Kiai Mutamakin pada abad ke-18. Nah, tokoh-tokoh kontroversial tersebut selalu harus berhadapan dengan para penguasa pada saat itu karena mereka dianggap menggoyahkan tatanan masyarakat. Karena itu, nasib Siti Jenar tidak berbeda dengan nasib yang lainnya, seperti Sunan Panggung, yaitu dihukum mati.

K.H. Mustofa Bisri,
Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Tolibien, Rembang, Jawa Tengah
Ajaran Syekh Siti Jenar sampai sekarang masih kontroversial dan menjadi bahan perdebatan. Meski di kalangan penganut tasawuf ajarannya itu bukanlah hal yang dianggap sesat, buat orang awam, ia dinilai bisa berbahaya dari segi akidah dan tauhid. Itu sebabnya para ulama sangat khawatir jika itu diajarkan secara terbuka kepada umat yang awam.
Menurut saya, ajaran Siti Jenar atau yang dikenal juga dengan nama Syekh Lemah Abang ini sama dengan ajaran tasawufnya Al Hallaj (858-922) dan Ibnu Arabi, filsuf terkenal pada 1165-1240. Sebab, dalam ajaran Siti Jenar terdapat sebutan manunggaling kawula gusti, sedangkan dalam tasawuf Al Hallaj dan Hulul ada istilah wahdlatul wujud, yakni keyakinan bisa bergabungnya manusia dengan Tuhan. Seperti halnya ajaran itu, apa yang disampaikan Syekh Siti Jenar pun tidak memiliki unsur mistis seperti sering diceritakan banyak orang.

»»  Baca Selengkapnya...

Hiruk Pikuk Dunia 1


Di dalam kamar tidur Sadar, banyak terdapat tumpukan buku-buku cetakan yang judulnya bermacam-macam. Karena sedang membersihkan rumah, maka Pak Syukur (ayah Sadar yang bekerja sebagai seorang petani) bermaksud menyusun buku yang berantakan tersebut satu demi satu untuk dirapikan.

“Memang anakku ini pemalas, masak mengatur kamarnya sendiri saja harus bapaknya.” Kata Pak Syukur dalam hati.

Ketika sedang membenahi itulah pandangannya tiba-tiba tertuju pada sebuah buku harian anaknya. Dia kemudian mengambil buku harian tersebut dan membacanya halaman demi halaman. Halaman demi halaman ia buka, memang tidak ada yang menarik karena sebagian besar berisikan aktifitas rutin anaknya. Namun sampai pada suatu halaman, orang tua itu berhenti. Yang membuat ia tertarik adalah sebuah puisi yang ditulis anaknya.

Wahai dunia...
Karena engkau aku kau buat senang
Karena bisa berkumpul dengan keluargaku
Karena engkau pula aku kau buat sedih
Karena harus berpisah dengan keluargaku
Wahai dunia...
Sedihku... Susahku... Senangku...
Seakan engkaulah yang mengatur
Memangnya engkau ini siapa?
...

Lanjutannya tidak dibaca oleh lelaki tua itu karena sudah bisa menangkap isinya. Hati Pak Syukur merasa senang melihat kemajuan ruhani anaknya.

Setelah dirasa cukup dalam membenahi kamar anaknya. Pak Syukur kemudian duduk di kursi malas sambil menikmati rokok Jarum76 nya.

“Assalamu’alaikum.” Tiba-tiba terdengar suara salam yang ternyata suara Sadar anaknya yang baru saja pulang.

Setelah membalas salam dari anaknya kemudian Pak Syukur bertanya pada anaknya:
"Bagaimana keadaan di kota, nang?"

"Ramai sekali pak, apalagi sekarang tanggal muda. Kalau saya perhatikan sepertinya orang-orang itu kok nggak ada yang tidak punya uang." Jawab Sadar berusaha menggambarkan keadaan di kota.

"Memangnya kenapa, nang?"

"Habis... toko-toko, pasar, mall, hampir semuanya penuh sesak oleh pembeli, pak."

"Ya jelas tho, orang namanya saja tempat belanja, kalau rumah sakit ya banyak orang sakit, kalau kuburan ya banyak orang yang telah mati. Kamu itu lho kok ada-ada saja." Gumam Pak Syukur.

"Yang saya maksud, dalam pikiran saya begini lho pak, keramaian dunia ini kadang membuat orang lupa bahwa dunia ini penuh tipu daya seperti yang dulu pernah bapak terangkan." Jelas Sadar.

"Memang bapak pernah bilang begitu, tapi bukan berarti dunia ini terus dipandang menakutkan. Sejauh kecintaan kita pada dunia itu tidak melebih kecintaan kita kepada Allah, pada Rosul dan pada jihad fi sabilillah, itu tidak apa-apa nang." Sahut Pak Syukur.

"Sebetulnya yang dimaksud cinta itu apa sih, pak." Tanya Sadar ingin tahu.

"Cinta itu rasa hati dan untuk lebih detailnya nanti kapan-kapan saja bapak wejang hakekat cinta. Karena cinta itu termasuk masalah ghoib, bukan masalah dhohir. Sehingga cinta itu tidak bisa dilihat oleh mata, tidak bisa didengar oleh telinga, tidak bisa dicium oleh hidung, tidak bisa diraba oleh tangan luthfun, kabidun, sirrun fu'adun.

Mengenai qolbu sepertinya dulu bapak pernah terangkan. Bahwa qolbu itu artinya bolak balik, sebentar gembira sebentar susah. Sore bisa tertawa renyah malam harinya menangis, dsb.
Sebenarnya masalah rasa itu macam-macam.
-Ada rasa hati
-Ada rasa dhohir seperti rasa kulit, rasa lidah, dsb.
Mengenai rasa lidah, misal bisa merasakan pahit, manis, gurih, dll.
Dan rasa kulit ada rasa sakit, perih, panas dsb.
Adapun rasa hati itu seperti benci, senang, susah, prihatin, kasihan, cinta, dsb.

Dan semua rasa itu tadi hanya orang itu sendiri yang dapat merasakannya. Contoh, seumpama kita sayang atau cinta pada seseorang, kita tidak dapat memaksa orang lain harus juga sayang dan cinta pada kita seperti halnya kita sayang dan cinta pada orang tersebut. Inilah yang terjadi pada umumnya sehingga banyak orang merasa dikhianati dalam hal urusan cinta. Padahal kalau mereka paham dengan hakekat cinta maka mereka tidak akan mungkin merasa dikhianati. Kenapa demikian? Karena kita tidak bisa memaksa orang lain juga harus merasakan cinta seperti rasa cinta yang ada pada diri kita."

"Hmmm... jadi begitu ya, pak?"

"Ya nang, contoh lain lagi misal kamu benci pada si A. Dan karena hati manusia itu lain-lain maka kamu tidak boleh memaksa orang lain untuk ikutan membenci si A. Hati manusia itu meski barangnya satu namun namanya banyak seperti qolbun yang artinya bolak balik itu. Dan hati itu jika sudah condong pada sesuatu maka dinamakan dengan istilah cinta atau hubbun. Jadi cinta itu maknanya adalah mailun atau condong. Jika hati kita condong pada tanaman bunga maka berarti kita cinta pada tanaman bunga. Jika condong pada uang berarti cinta pada uang, dsb. Jadi cinta itu artinya condong atau mailun. Dan kalau condongnya hati sudah mendalam, ini dinamakan dengan istilah isyqun atau isyq. Orangnya dinamakan aasyiq dan yang dicondongi (yang dicintai) dinamakan isyq. Makanya menjadi aasyq isyq dan ma'syuuq.

Kembali ke masalah hubbun dun-ya. Diatas tadi disebut cinta itu ghoib. Bila cinta itu ghoib maka bagaimana cinta itu bisa diketahui orang lain atau bagaimana cara untuk mengetahui bahwa seseorang itu di dalam hatinya ada rasa hubbud dun-ya (cinta thd dunia)?

Cinta itu bisa diketahui melalui tanda-tandanya. Tanpa melalui tanda-tandanya kita tidak mungkin bisa mengetahui kalau seserang itu ada rasa cinta dunia. Seperti yang diterangkan dalam sebuah hadits yang artinya bahwa "Cinta itu buta dan tuli."'
Jadi cinta itu ya buta ya tuli." Tutur Pak Syukur.

"Kenapa cinta itu dikatakan demikian, pak ?" Tanya Sadar penasaran.

"Dikatakan buta, sebab buta terhadap yang lainnya selain yang dicintai. Sebagai contoh di sekolah ada para siswa dengan jumlah yang sekian banyaknya, kemudian disitu ada satu orang yang dicintai maka siswa yang lain yang ada disitu seakan hilang (seolah-olah tidak ada) dan yang ada hanya orang yang dicintai itu saja. Kalau siswa yang dicintai itu tidak masuk, rasanya seperti enggan mengikuti kegiatan belajar padahal tujuan awal dan utama ia bersekolah adalah untuk belajar." Jawab Pak Syukur.

"Terus kalau cinta dikatakan tuli, pak ?"

"Dikatakan tuli karena terhadap yang lainnya yang didengar hanya suara yang dicintai itu saja. Bila orang lain yang ngomong walau itu benar kalau orang yang dicintai tidak membenarkan, ya suara orang yang lain itu tidak dihiraukan.

Dan jika seseorang itu mencintai dunia sampai begitu mendalam maka ia juga akan buta dan tuli terhadap akherat. Ini menunjukkan seseorang tersebut mengalami kerendahan dan ketiadaan. Sebagaimana syair yang pernah bapak dengar,

'WAHUBBUKA LIDUNYAA HU WADULLU WAL 'ADAAMU'
(Abu Hāmed Mohammad ibn Mohammad al-Ghazzālī)

artinya orang yang cinta akan dunia itu sama dengan mengalami kerendahan dan ketiadaan. Terkadang orang saking cintanya terhadap dunia sampai rela menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk mendapatkan apa yang dicintai tadi. Pagi sebelum subuh sudah berangkat tinggalkan anak istri dan baru pulang nanti jam 1 malam. Dan begitu terus yang ia lakukan demi memenuhi kebutuhan materi anak isteri tanpa menyadari Dzat yang lebih hakiki hingga ajal menjemput. Setelah raganya mati apa yang telah dikumpulkan tadi selama seumur hidupnya tidak ada satupun yang bisa dibawa. Jangankan membawa harta, sedangkan membawa kain mori saja tidak bisa." Tutur Pak Syukur.

 Baca selanjutnya Hiruk Pikuk Dunia 2
»»  Baca Selengkapnya...

Kamis, 05 Januari 2012

Bahan Kimia Dalam Kehidupan Kita

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan produk-produk industri yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Bahan kimia yang telah diketahui manfaatnya dikembangkan dengan cara membuat produk-produk yang berguna untuk kepentingan manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui jenis, sifat-sifat, kegunaan, dan efek samping dari setiap produk yang kita gunakan atau kita lihat sehari-hari.

Pada postingan kali ini saya hendak mempaparkan daftar beberapa bahan kimia yang sering dipakai dalam industri kimia berikut keterangan singkat baik itu sifat, kegunaan, dsb, yang sering kita pakai dalam kehidupan sehari-hari.

A.B.S. Singkatan AlkylBenzeneSulphonic acid, atau NANSA 1870 (Albright) bahan berbentuk cairan kental warna coklat tua dan panas digunakan untuk bahan pembersih seperti deterjen.

Aceton, atau Dimetilketon atau Propanon-2. Berbentuk cairan jernih yang mudah terbakar, berbau cukup menyengat dan mudah menguap. Digunakan untuk pelarut lemak, lilin, plastik. Penerapan :sebagai bahan pembuatan nailpaint remover (penghapus pewarna kuku)

Aceton peroxide sebagai pemutih dan pematang tepung dengan dosis seperlunya.

Acid Blue = pewarna , Acid blue1 =Food Blue, collor index=no 422051 dan Acib Blue 3 = Sulphan Blue, no index 42045.

Acid Green = pewarna hijau (C.I. no 44090).

Aquadestilata = air suling.

Borax, nama lain: Biboras Natricus / sodium borate/ sodium tetraborate / sodium biborate/ sodium pyroborate.
Bentuk fisik ada 2 : kristal (decahidrat) larut dalam air.
Serbuk (anhidrat) sukar larut dalam air.
Kegunaan: bahan pengkilap logam, bahan pelembut tekstil, menyolder. Dalam bidang medis, sebagai astringen dan antiseptik

Broxo-salt garam broxo. Bentuk seperti kacang.

Bucrylate berupa cairan, titik didih 170 derajat celcius, sering digunakan sebagai perekat sel.

Butylalcohol , nama lain: 1-butanol atau normal butilalcohol ( N-butylalcohol)
Cairan bersifat racun, sebagai pelarut ,penghapus cat

C.M.C. Carboxy-Methyl-Cellulose Butiran/granul putih yang bila basah mengembang membentuk cairan kental. Sebagai bahan baku pembuatan deterjen, plester,tekstil, tinta cetak, pengeboran. Dalam kesehatan sebagai suspending agent.

Cadmium oxide bubuk/kristal warna coklat tua larut dalam asam encer. Digunakan dalam industri gelas/batere,campuran logam perak, elektro plating. Dalam medis sebagai unsur obat cacing nematocide dan ascaricide pada babi.

Canada balsem sebagai perekat barang dari kaca.

Cera alba malam(lilin) putih atau Bees-wax White. Bentuknya padat berwarna putih kekuningan larut dalam minyak atsiri/lemak dan chloroform dengan titik leleh berkisar 62-64 derajat Celcius.

Diammonium phospate nama lainnya : Diamonium H-phospat, Ammonium fosfat sekunder/dibasic atau disingkat DAP. Digunakan dalam pembuatan tekstil dan bahan lain yang tahan api. Warna dasar untuk bahan celup pabrik kain.

E.B.B. Emulsi Benzyl Benzoat biasanya kadar 25 persen. Sebagai bahan obat Scabies (kudis).

Ethylenglycol Nama lainnya: Glycolalcohol, Glycol, etilenglycol.
Berupa cairan agak kental, manis tapi beracun. Untuk minyak rem , pelarut tinta ballpoint, tinta stempel, cat. Bahan pemadam kebakaran. Bahan anti beku.

Ethyl Hexanediol cairan untuk mengusir serangga/hama, dicampur dengan Dimethylphtalat.

Ferri oxydemeni, besi.

Formaldehydesolution Nama lain: Formalin, formol dengan kadar sekitar 37 persen Formaldehyde.
Untuk desinfektan pakaian, ruangan, kapal. Untuk bahan tinta warna putih, pengawet jenazah/mayat, bahan pembersih kaca, bahan campuran bedak. Untuk mencegah polimerisasi sering ditambah methanol 10-15 persen. Berbentuk cairan yang jernih dengan bau menyengat.

Gelatindari tulang hewan yang digiling sebagai bahan industri lem kayu.

Glyserin nama lain: Glycerol , berupa cairan jernih berfungsi agar campuran tidak lekas kering, misalnya untuk tinta stempel.

Gom/gum gum atau kak dalam bahasa jawa, ada 4 macam:
1.Gom arab (arabian/acacia gum)
2.Guar Gum
3.Veegum
4.Tragacanth
Untuk membuat gelasan/pelapis beling tumbuk pada benang layangan, biasa digunakan arabic gum, demikian juga untuk membuat lem cair.

Hydrogen peroxide dengan rumus kimia H2O2, disebut juga Waterstof-peroxyde, cairan jernih dan menghanguskan kulit bila tersentuh. Sebagai pemutih bahan makanan, pemutih bulu angsa (untuk shuttlecock), gading, sebagai desinfektan air. Untuk medis sebagai campuran (3 persen) obat kumur. Dalam industri mebel dikenal untuk membleach kayu yang belang (kadang dicampur ammonia).

Hydroquinon atau hydrochinon kristal dengan titik leleh 170-171 derajat Celcius larut dalam air, alkohol dan ether. Larutan Hydroquinon bila kena angin/udara berubah warna menjadi coklat. Dalam medis digunakan 
untuk penghilang bercak hitam pada kulit. Di dunia teknik digunakan pada fotografi dan antioksidantia.

Ionol berfungsi sebagai pengawet untuk minyak

Iron sulfide dengan rumus kimia FeS, bentuknya bubuk/kristal berwarna abu-abu sampai coklat hitam. Digunakan dalam industri keramik, cat (sebagai pigmen)

Kalii carbonateatau Salt of tartar, bentuk bubuk/butiran yang higroskopis dengan titik leleh 891 derajat Celcius . Ada yang tidak higroskopis, yaitu yang jenis sesquihidrat.
Digunakan dalam industri sabun, gelas/kaca, keramik dan penyamakan kulit. Dalam kosmetika sebagai bahan shampoo cair.

Kalii chloratedengan rumus kimia KCLO3, bentuknya kristal dengan titik leleh 368 derajat Celcius, digunakan dalam industri korek api batangan, kembang api dan pewarna kain katun.

Lithopondengan rumus kimia ZnS 26-60 persen, untuk bahan baku dempul (putty), tinta , cat (minyak dan tembok).

Mentholnama lain: Peppermint camphor, bentuk kristal/butiran, sebagai campuran permen, pewangi, rokok. Dalam medis digunakan sebagai obat gosok, campuran obat batuk., obat kumur, pasta gigi.

Methylen blue untuk mewarnai spiritus, pembersih keramik, tinta.

Naptholdigunakan dalam pembuatan tinta birutua dan dalam usaha laundry.

n.b.acetate atau Nonyl-butyl-acetate, berbentuk cairan wangi digunakan sebagai pelarut (seperti thinner).
nipasol atau Propylparaben, sebagi pengawt makanan.

Pelarut solvent atau oplosmiddel.Terbagi dua macam: organik (chloroform, toluen, xylen,wasbensin dll) dan anorganik. Sesuai namanya, untuk melarutkan bubuk/kristal /butir granule.

Phenol atau karbol, bentuknya kristal higroskopis, untuk lem, lysol wangi

Polyvinylacetate untuk pembuatan lem kayu, cat tembok, tinta transparan.

Red Lead atau Loodmenie (Pb3O4), bentuk kristal berwarna oranye kemerahan .Untuk mengawetkan kayu, pigmen, sebagai elastomer penyekat kabel..

S.M.T atau nama dagang Pegasol 3040 ialah pengemulsi, sebagai aditif pencegah karat, bahan antikabut dalam film PVC, pembasah pigmen dalam pembuatan cat..

Sacharin pemanis buatan.

Soda api atau kaustik soda, nama lain Sodium Hydroxide, Natrium Hidroksida. Dengan sifat panasnya untuk mengikis kebuntuan saluran w.C, untuk cuci botol.

Sodium Carbonate dengan rumus kimia Na2CO3, sebagai pembersih noda tinta.

Sodium Lauryl- Sulfo acetate atau anionic surfactant. Digunakan dalam pembuatan pasta gigi

Talc atau talcum. Nama lain Talcum venetum, Magnesium silikat, berupa bubuk warna putih , ada juga yang keabu-abuan/kebiru-biruan. Bahan baku utama pembuatan bedak salicyl, juga bahan pengisi tablet. Produk yang terkenal adalah merk Haichen (Jerman) dan Liaoning (China)

Tartrazine zat pewarna yang umum digunakan berwarna kuning,sering digunakan untuk mie kering dan kerupuk Color Index no.19140, food yellow no.4

Tawas ada dua macam: Tawas bening .(Kalium Aluminium Sulfat, aluin/alumen/potas alum, untuk menjernihkan air takaran 30 gram perliter air. 2. Tawas Butek (Al2(SO4)3 untuk mengendapkan kotoran air.

Teepoldeterjen sangat cair dari asam lemak kelapa/kapuk (jawa= biji klentheng).

Vanillin berbentuk jarum putih atau kuning muda berbau vanila. Dapat larut dalam alkohol, chloroform, karbondisulfide ataupun glicerol. Untuk makanan dan minuman.

Zink Acetate larut dalam air, dengan titik leleh 237 derajat Celcius.
»»  Baca Selengkapnya...