Halaman


Sabtu, 07 Januari 2012

Hiruk Pikuk Dunia 1


Di dalam kamar tidur Sadar, banyak terdapat tumpukan buku-buku cetakan yang judulnya bermacam-macam. Karena sedang membersihkan rumah, maka Pak Syukur (ayah Sadar yang bekerja sebagai seorang petani) bermaksud menyusun buku yang berantakan tersebut satu demi satu untuk dirapikan.

“Memang anakku ini pemalas, masak mengatur kamarnya sendiri saja harus bapaknya.” Kata Pak Syukur dalam hati.

Ketika sedang membenahi itulah pandangannya tiba-tiba tertuju pada sebuah buku harian anaknya. Dia kemudian mengambil buku harian tersebut dan membacanya halaman demi halaman. Halaman demi halaman ia buka, memang tidak ada yang menarik karena sebagian besar berisikan aktifitas rutin anaknya. Namun sampai pada suatu halaman, orang tua itu berhenti. Yang membuat ia tertarik adalah sebuah puisi yang ditulis anaknya.

Wahai dunia...
Karena engkau aku kau buat senang
Karena bisa berkumpul dengan keluargaku
Karena engkau pula aku kau buat sedih
Karena harus berpisah dengan keluargaku
Wahai dunia...
Sedihku... Susahku... Senangku...
Seakan engkaulah yang mengatur
Memangnya engkau ini siapa?
...

Lanjutannya tidak dibaca oleh lelaki tua itu karena sudah bisa menangkap isinya. Hati Pak Syukur merasa senang melihat kemajuan ruhani anaknya.

Setelah dirasa cukup dalam membenahi kamar anaknya. Pak Syukur kemudian duduk di kursi malas sambil menikmati rokok Jarum76 nya.

“Assalamu’alaikum.” Tiba-tiba terdengar suara salam yang ternyata suara Sadar anaknya yang baru saja pulang.

Setelah membalas salam dari anaknya kemudian Pak Syukur bertanya pada anaknya:
"Bagaimana keadaan di kota, nang?"

"Ramai sekali pak, apalagi sekarang tanggal muda. Kalau saya perhatikan sepertinya orang-orang itu kok nggak ada yang tidak punya uang." Jawab Sadar berusaha menggambarkan keadaan di kota.

"Memangnya kenapa, nang?"

"Habis... toko-toko, pasar, mall, hampir semuanya penuh sesak oleh pembeli, pak."

"Ya jelas tho, orang namanya saja tempat belanja, kalau rumah sakit ya banyak orang sakit, kalau kuburan ya banyak orang yang telah mati. Kamu itu lho kok ada-ada saja." Gumam Pak Syukur.

"Yang saya maksud, dalam pikiran saya begini lho pak, keramaian dunia ini kadang membuat orang lupa bahwa dunia ini penuh tipu daya seperti yang dulu pernah bapak terangkan." Jelas Sadar.

"Memang bapak pernah bilang begitu, tapi bukan berarti dunia ini terus dipandang menakutkan. Sejauh kecintaan kita pada dunia itu tidak melebih kecintaan kita kepada Allah, pada Rosul dan pada jihad fi sabilillah, itu tidak apa-apa nang." Sahut Pak Syukur.

"Sebetulnya yang dimaksud cinta itu apa sih, pak." Tanya Sadar ingin tahu.

"Cinta itu rasa hati dan untuk lebih detailnya nanti kapan-kapan saja bapak wejang hakekat cinta. Karena cinta itu termasuk masalah ghoib, bukan masalah dhohir. Sehingga cinta itu tidak bisa dilihat oleh mata, tidak bisa didengar oleh telinga, tidak bisa dicium oleh hidung, tidak bisa diraba oleh tangan luthfun, kabidun, sirrun fu'adun.

Mengenai qolbu sepertinya dulu bapak pernah terangkan. Bahwa qolbu itu artinya bolak balik, sebentar gembira sebentar susah. Sore bisa tertawa renyah malam harinya menangis, dsb.
Sebenarnya masalah rasa itu macam-macam.
-Ada rasa hati
-Ada rasa dhohir seperti rasa kulit, rasa lidah, dsb.
Mengenai rasa lidah, misal bisa merasakan pahit, manis, gurih, dll.
Dan rasa kulit ada rasa sakit, perih, panas dsb.
Adapun rasa hati itu seperti benci, senang, susah, prihatin, kasihan, cinta, dsb.

Dan semua rasa itu tadi hanya orang itu sendiri yang dapat merasakannya. Contoh, seumpama kita sayang atau cinta pada seseorang, kita tidak dapat memaksa orang lain harus juga sayang dan cinta pada kita seperti halnya kita sayang dan cinta pada orang tersebut. Inilah yang terjadi pada umumnya sehingga banyak orang merasa dikhianati dalam hal urusan cinta. Padahal kalau mereka paham dengan hakekat cinta maka mereka tidak akan mungkin merasa dikhianati. Kenapa demikian? Karena kita tidak bisa memaksa orang lain juga harus merasakan cinta seperti rasa cinta yang ada pada diri kita."

"Hmmm... jadi begitu ya, pak?"

"Ya nang, contoh lain lagi misal kamu benci pada si A. Dan karena hati manusia itu lain-lain maka kamu tidak boleh memaksa orang lain untuk ikutan membenci si A. Hati manusia itu meski barangnya satu namun namanya banyak seperti qolbun yang artinya bolak balik itu. Dan hati itu jika sudah condong pada sesuatu maka dinamakan dengan istilah cinta atau hubbun. Jadi cinta itu maknanya adalah mailun atau condong. Jika hati kita condong pada tanaman bunga maka berarti kita cinta pada tanaman bunga. Jika condong pada uang berarti cinta pada uang, dsb. Jadi cinta itu artinya condong atau mailun. Dan kalau condongnya hati sudah mendalam, ini dinamakan dengan istilah isyqun atau isyq. Orangnya dinamakan aasyiq dan yang dicondongi (yang dicintai) dinamakan isyq. Makanya menjadi aasyq isyq dan ma'syuuq.

Kembali ke masalah hubbun dun-ya. Diatas tadi disebut cinta itu ghoib. Bila cinta itu ghoib maka bagaimana cinta itu bisa diketahui orang lain atau bagaimana cara untuk mengetahui bahwa seseorang itu di dalam hatinya ada rasa hubbud dun-ya (cinta thd dunia)?

Cinta itu bisa diketahui melalui tanda-tandanya. Tanpa melalui tanda-tandanya kita tidak mungkin bisa mengetahui kalau seserang itu ada rasa cinta dunia. Seperti yang diterangkan dalam sebuah hadits yang artinya bahwa "Cinta itu buta dan tuli."'
Jadi cinta itu ya buta ya tuli." Tutur Pak Syukur.

"Kenapa cinta itu dikatakan demikian, pak ?" Tanya Sadar penasaran.

"Dikatakan buta, sebab buta terhadap yang lainnya selain yang dicintai. Sebagai contoh di sekolah ada para siswa dengan jumlah yang sekian banyaknya, kemudian disitu ada satu orang yang dicintai maka siswa yang lain yang ada disitu seakan hilang (seolah-olah tidak ada) dan yang ada hanya orang yang dicintai itu saja. Kalau siswa yang dicintai itu tidak masuk, rasanya seperti enggan mengikuti kegiatan belajar padahal tujuan awal dan utama ia bersekolah adalah untuk belajar." Jawab Pak Syukur.

"Terus kalau cinta dikatakan tuli, pak ?"

"Dikatakan tuli karena terhadap yang lainnya yang didengar hanya suara yang dicintai itu saja. Bila orang lain yang ngomong walau itu benar kalau orang yang dicintai tidak membenarkan, ya suara orang yang lain itu tidak dihiraukan.

Dan jika seseorang itu mencintai dunia sampai begitu mendalam maka ia juga akan buta dan tuli terhadap akherat. Ini menunjukkan seseorang tersebut mengalami kerendahan dan ketiadaan. Sebagaimana syair yang pernah bapak dengar,

'WAHUBBUKA LIDUNYAA HU WADULLU WAL 'ADAAMU'
(Abu Hāmed Mohammad ibn Mohammad al-Ghazzālī)

artinya orang yang cinta akan dunia itu sama dengan mengalami kerendahan dan ketiadaan. Terkadang orang saking cintanya terhadap dunia sampai rela menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk mendapatkan apa yang dicintai tadi. Pagi sebelum subuh sudah berangkat tinggalkan anak istri dan baru pulang nanti jam 1 malam. Dan begitu terus yang ia lakukan demi memenuhi kebutuhan materi anak isteri tanpa menyadari Dzat yang lebih hakiki hingga ajal menjemput. Setelah raganya mati apa yang telah dikumpulkan tadi selama seumur hidupnya tidak ada satupun yang bisa dibawa. Jangankan membawa harta, sedangkan membawa kain mori saja tidak bisa." Tutur Pak Syukur.

 Baca selanjutnya Hiruk Pikuk Dunia 2